Kamis, 05 Juli 2012

Belajar dari anak penjual sarung.

Malam itu tiba-tiba ada sms di hape saya. Ternyata dari seorang murid yang menanyakan mengenai pembayaran uang LKS.
"Bu, pembayaran LKS terakhir hari apa?" begitu sms tersebut.
"Saya tidak tahu, coba tanyakan ke bagian LKS saja, bu Nuning atau bu Lila" jawaban sms dari saya.
Kemudian anak tsb membalas "Ya udah bu, makasih".
Setelah membaca sms balasan terakhir darinya, saya merasa kasihan, mengapa bukan saya saja yang bertanya ke bagian LKS, begitu pikiran saya.
Serta merta saya sms bagian LKS, dan ternyata terakhir pembayaran LKS adalah hari pengambilan raport kenaikan kelas.
Kemudian informasi yang saya dapat saya sampaikan ke anak tsb.

"Oh...pas hari pengambilan raport ya bu, berarti saya masih punya waktu untuk mencari uang" begitu balasan sms darinya.
"Memang kamu sekolah sambil kerja ya ?" tanya saya sambil menebak kalo pasti anak ini kerja di bengkel.

"Iya bu, jualan sarung sama alat-alat rumah tangga. saya sudah nyicil Rp 25.000,- dan kurang Rp. 53.000,-" jawabnya.
Seketika hati saya menjadi haru biru, terenyuh, ternyata masih ada anak yang berjuang untuk bisa sekolah.
"Besuk temui bu Runa di sekolah ya" itu sms balasan terakhir dari saya.

Hmmmm...benar, ternyata di jaman serba instant ini masih ada orang yang harus berjuang keras demi untuk bisa sekolah.
Untuk membeli atribut seharga Rp. 12.500,- semalam sebelumnya harus keliling kampung untuk berjualan sarung.
Coba bandingkan dengan sifat kita yang sangat suka berbelanja.
Dalam hitungan menit kita bisa menghabiskan ratusan bahkan jutaan rupiah untuk membeli sesuatu.
Ironis sekali bukan ?!

Semoga kita dijauhkan dari sifat sombong,
Semoga kita dijauhkan dari sifat boros,
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang selalu syukur nikmat,
Amin...amin....amin ya Robbal alamin.

[]Gresik, 05-07-2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar